“Dan di antara manusia ada
orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha
Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”(Qs Al Baqarah (2) : 207)
Kata
Kunci:
Ridha kepada Allah,
ridha dengan Islam
dan ridha kepada Nabi Muhammad saw.
Asbabun Nuzul
Ibnu Abbas, Anas bin Malik,
Sa'id bin al-Musayyab, Abu Utsman an-Nadi, Ikrimah dan sejumlah ulama
mengatakan bahwa ayat tersebut turun bekenaan dengan seseorang yang bernama
Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi. Saat itu ia telah masuk Islam dan hendak berangkat
hijrah ke Madinah namun ia mendapat tekanan dari para pemuka
Quraisy. Keberangkatannya dihalang-halangi, ia tidak diperkenankan hijrah
melainkan seluruh harta kekayaan yang dimilikinya harus diserahkan kepada
mereka tanpa tersisa sedikitpun. Maka tanpa ragu-ragu ia tinggalkan seluruh
harta kekayaannya di Mekah. Dan dengan mantap ia berangkat ke Madinah demi
mengharap ridha Allah. Kemudian ia bertemu dengan Umar bin Khattab dan
sekelompok sahabat di ujung daerah Hurrah. maka mereka berkata kepadanya:
"Perdagangan yang beruntung." Ia berkata: "Dan juga kalian,
semoga Allah tidak menyia-nyiakan perdagangan kalian. Setelah sampai di Madinah
dan bertemu dengan Rasulullah saw. beliau memujinya dengan ungkapan yang
masyhur: “Rabihal bai'u Shuhaib" Perdagangan yang paling beruntung
adalah perdagangan Shuhaib.
Ridha kepada Allah Di
antara wujud ridha terhadap Allah sebagai Tuhan adalah ridha terhadap semua
perbuatan-Nya dalam semua urusan makhluk-Nya, baik itu berupa pemberian dan
penolakan, penurunan dan pengangkatan, mudarat dan manfaat.
Ridha kepada Islam Berpegang
teguh kepada semua perintah-Nya, menjauhi semua larangan-Nya dan menerima semu
hukum-Nya walaupun kadang bertentangan dengan hawa nafsu dan tidak sesuai
dengan maslahat pribadi.
Ridha kepada Muhammad
sebagai Nabi dan Rasul Menjadikan kepribadian beliau sebagai idola dan
suri teladan, mengikuti petunjuk beliau, menelusuri jejak beliau, berhias
dengan sunah beliau, berjihad memerangi hawa nafsu supaya semua keinginannya
sesuai dengan ajaran yang beliau bawa, dan mencintai beliau melebihi cintanya
terhadap orangtuanya, anaknya, dirinyasendiri dan semua umat manusia.
“Tidaklah beriman salah
seorang di antara kalian sampai dia mencintaiku melebihi cintanya kepada
orangtuanya, anaknya, dan seluruh umat manusia.” (HR.Bukhari)
Daftar Bacaan
Furi,
Syaikh Shafiyyur al Mubarak, Tafsir Ibnu Katsir (Judul Asli: Mishbaahul
Muniir fii Tahdziibi Tafsiiri Ibni Katsiir, Penerjemah: Abu Ahsan
Sirajuddin), Bogor: Pustaka Ibnu Kastir
Qadir,
Abdul, 2005. "Hakekat Tasawuf" (judul Asli: Haqaiq
at-Tasawwuf, Penerjemah: Khairul Amru Harahap), Jakarta: Qishi Press