Powered By Blogger

Selasa, 11 Desember 2012

Dinasti Mughal

Dinasti Mughal di India
Oleh: Luqman[1]

Pendahuluan
Bangsa India telah mengenal Islam sejak zaman Nabi Saw. Pada saat itu India telah memiliki sejumlah pelabuhan, sehingga terjadi interaksi antara India dengan Nabi SAW. Seorang Raja Kadangalur, yang bernama Cheraman Perumal telah masuk Islam dan mengganti namanya menjadi ‘Tajuddin’, ia juga sempat bertemu Nabi Saw.

Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, Mugirah telah berusaha menaklukkan Sind, namun belum berhasil (643-644M). Pada zaman khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dikirim utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan-jalan menuju India. Kemudian pada zaman Muawiyah I, Muhammad Ibnu Qasim berhasil menaklukkan dan diangkat menjadi amir Sind & Punjab. Pada zaman Dinasti Abbasiyah saat kekhalifahan dipimpin Al-Ma’mun diangkatlah beberapa amir untuk memimpin daerah-daerah di India, diantaranya Asad ibn Saman memimpin Transoxiana.

Asal Mula Berdirinya Dinasti Mughal
Ibrahim Lodi adalah cucu dari Sultan Lodi, sultan Delhi yang terakhir. Ia memenjarakan sejumlah bangsawan yang menantangnya. Hal itu memicu pertempuran antara Ibrahim Lodi dengan Zahiruddin Babur di Panipazh pada tahun1526M. Akhirnya Ibrahim Lodi terbunuh dan kekuasaannya berpindah ke tangan Babur maka sejak itulah berdiri dinasti Mugol di India, dan Delhi dijadikan ibukotanya.
                                                                                                                   
Para Penguasa Mughal
1.    Zahiruddin Babur
Babur adalah seorang pendiri dan sekaligus raja pertama dari Dinasti Mughal[2]. Ia memiliki gelar Zahiruddin. Ia adalah putra dari Umar Mirza, penguasa Farghana (Asia Tengah). Dari nasab ayahnya, ia merupakan keturunan dari Tmur Lenk, sedangkan nasab ibunya dari keturunan Jengis Khan.
Pada tahun 1494 M, Babur dapat menaklukan Samarkand berkat bantuan Ismail I, raja Safawi. Pada tahun 1504, ia berhasil menaklukkan Kabul ibukota Afganistan. Dan pada tahun 1525, ia berhasil menguasai Punjab.
2.    Nasirudin Humayyun (1530-1556)
Humayyun adalah putra Babur, ia naik tahta menggantikan ayahnya. Ia dapat menundukkan lawannya Sultan Mahmud Lody dalam pertempuran Luchnow (1513).
Ketika Humayyun berhadapan dengan pasukan Syir Khan, ia diusir dari istana Delhi. Pertempuran yang terjadi antara kedua belah pihak tersebut di pinggir sungai Gangga dekat Benares (1535) dan di dekat Kunuj (1540) membuat pasukan Humayyun berantakan hingga ia meninggalkan istananya selama 13 tahun.
3.    Sultan Akbar Agung (1556-1605)
Sultan Akbar Agung adalah putra dari Humayyun. Ia bernama Muhammad. Ia bergelar Abul Fath Jalaluddin dan terkenal sebagai Sultan Akbar Agung. Ia menggantikan ayahnya sebagai raja pada usia 15 tahun. Baginda dibantu oleh seorang perdana menteri yang setia, yang bernama Biram.
4.    Jihangir (1605-1627)
Setelah Akbar meninggal, anaknya, Jihangir menggantikannya sebagai raja. Ia seorang Sunni yang taat. Namun, dalam memerintah kebijaksanaannya banyak dipengaruhi oleh isterinya. Akibatnya, pemerintahannya menjadi lemah. Sebagai bukti dari kelemahan tersebut adalah tiga hal berikut: pertama, pemberontakan di Ambar (Dekan) tidak dapat dipadamkan. Kedua, kesewenang-wenangan penguasa daerah dalam memungut pajak tidak dapat dikontrol. Ketiga, Jihangir dapat dipenjarakan oleh putranya yang bernama Khurram.
5.    Syah Jehan (1627-1658)
Syah Jihan merupakan gelar dari Kurram putra Jihangir. Ia menggantikan ayahnya sebagai raja. Syah Jihan mempunyai 4 orang putra yang semuanya menjadi raja. Dara sebagai raja di Delhi, Sujak di Benggala, Aurangzeb di Dekan dan Murad di Gujarat.
Berkat ketangkasan Aurangzeb, putra yang ketiga Syah Jihan, pemberontakan di Dekan dapat dipadamkan. Selanjutnya, Aurangzeb berangkat hendak menaklukkan kerajaan Golkond, Bidar dan Baijapur. Namun setiap kerajaan-kerajaan itu hampir dapat ditaklukkan, datanglah perintah dari ayahnya agar penaklukkan itu dihentikan.
Akhirnya pasukan Aurangzeb diarahkan ke istana ayahnya sendiri. Ia dapat memasuki istana dengan damai. Lalu ayahnya dipenjara oleh putranya sendiri. Setelah itu, terjadilah perang saudara antara Aurangzeb dan kakak tertuanya, Dara. Namun Dara dapat dikalahkan, sehingga Aurangzeb menjadi Sultan Mughal dengan gelar Alamgir Padshah Ghazi.
6.    Aurangzeb (1658-1707)
Aurangzeb memegang pemerintahan selama 47 tahun. Ia bercita-cita hendak mengembalikan kerajaan Islam seperti pada masa Sultan Akbar Agung. Pada tahun 1660 ia dapat menguasai negeri Asam dan tahun 1666 kekuasaannya sampai ke Arakan. Batas wilayah kekuasaannya meluas, mulai dari Kabul (Afghanistan) sampai ke Arakan dan dari pegunungan Himalaya hingga ke Karnat.
Aurangzeb merupakan seorang muslim yang saleh, bertahajjud di malam hari, hidup sederhana, suka mendatangkan para ulama dan para sufi ke istana untuk mendapatkan pelajaran dari mereka.
Berikut ini beberapa kebijakan-kebijakan yang dilakukan Aurangzeb;(1) Melarang perjudian, minuman keras, pelacuran dan narkotika; (2) melarang praktek Sati[3]; (3) memprakarsai perusakan kuil-kuil Hindu; (4) memprakarsai kodifikasi hukum Islam yang produknya kemudian disebut al-Fatawa i Alamgir.

Kemunduran & Kehancuran Dinasti Mughal
Setelah Aurangzeb meninggal, kerajaan Islam Mughal dipimpin oleh para raja yang lemah[4], sehingga lambat laun mengalami kemunduran dan kehancuran. Terutama setelah sultan mughal terakhir, Bahadur Syah diusir dari istana oleh Inggris (1857).
Adapun di antara faktor penyebab kemunduran dinasti Mughal adalah sbb:
1)    Faktor internal
·      Perebutan kekuasaan di kalangan istana.
·      Para penguasa istana dilanda kemewahan dan asyik masyuk dengan dayang-dayang istana, sehingga mereka melalaikan tugas-tugas pemerintahan.
2)    Faktor Eksternal
·      Terjadinya pemberontakan oleh kaum separatis Hindu
·      Adanya kerajan-kerajaan Islam yang ingin membebaskan diri dari kekuasan Kerajaan Islam Mughal
·      Serangan Nadir Syah dari Iran. Setelah merampas kekuasaan Dinasti Safawiyah, ia melanjutkan penjarahannya ke India
·      Serangan Ahmad Syah Durani dari Afganistan. Serangan ini tidak dapat ditangkis olah maharaja-maharaja Hindu dan raja-raja Islam, sekalipun mereka telah menyatukan kekuatan mereka. Sehingga berdirilah kerajaan Afganistan di India  
·      Masuknya unsur asing, seperti Inggris yg menguasai sektor ekonomi dengan mendirikan IEC (The East India Company) dan pada akhirnya menjajah bangsa India

Daftar Pustaka

Amin, M. Masyhur, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Indonesia Spirit Fondation.
Burhanudin, Jajat, Senja Masa Keemasan dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Akar dan Awal, 2002. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Mubarak, Jaih, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Murodi, 2010. Sejarah Kebudayaan Islam MA Kelas XI, Semarang: Toha Putra.



[1] Guru Sejarah Kebudayaan MAN 21 Jakarta
[2] Nama Babur berarti macan. Nama tersebut sesuai dengan sosoknya yang gagah berani.
[3] Sati adalah praktek pembakaran diri seorang janda yang ditinggal mati suaminya (the Hindu Sacr ifice of widows)
[4] Di antaranya: 1) Bahadur Syah; 2) Azimus Syah; 3) Tihandar Syah; 4) Farukh Syiyar; 5) Muhammad Syah; 6) Ahmad Syah; 7) Alamgir II; dan 8) Syah Alam. Pada akhirnya kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Syah Durani dari Afgan.  Selanjutnya, secara perlahan kerajaan Mughal hanyut dari bumi India.
Dinasti Mughal
Oleh: Luqman

Pendahuluan
Bangsa India telah mengenal Islam sejak zaman Nabi Saw. Pada saat itu India telah memiliki sejumlah pelabuhan, sehingga terjadi interaksi antara India dengan Nabi SAW. Seorang Raja Kadangalur, yang bernama Cheraman Perumal telah masuk Islam dan mengganti namanya menjadi ‘Tajuddin’, ia juga sempat bertemu Nabi Saw.

Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, Mugirah telah berusaha menaklukkan Sind, namun belum berhasil (643-644M). Pada zaman khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dikirim utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan-jalan menuju India. Kemudian pada zaman Muawiyah I, Muhammad Ibnu Qasim berhasil menaklukkan dan diangkat menjadi amir Sind & Punjab. Pada zaman Dinasti Abbasiyah saat kekhalifahan dipimpin Al-Ma’mun diangkatlah beberapa amir untuk memimpin daerah-daerah di India, diantaranya Asad ibn Saman memimpin Transoxiana.

Asal Mula Berdirinya Dinasti Mughal
Ibrahim Lodi adalah cucu dari Sultan Lodi, sultan Delhi yang terakhir. Ia memenjarakan sejumlah bangsawan yang menantangnya. Hal itu memicu pertempuran antara Ibrahim Lodi dengan Zahiruddin Babur di Panipazh pada tahun1526M. Akhirnya Ibrahim Lodi terbunuh dan kekuasaannya berpindah ke tangan Babur maka sejak itulah berdiri dinasti Mugol di India, dan Delhi dijadikan ibukotanya.
                                                                                                                   
Para Penguasa Mughal
1.    Zahiruddin Babur
Babur adalah seorang pendiri dan sekaligus raja pertama dari Dinasti Mughal[1]. Ia memiliki gelar Zahiruddin. Ia adalah putra dari Umar Mirza, penguasa Farghana (Asia Tengah). Dari nasab ayahnya, ia merupakan keturunan dari Tmur Lenk, sedangkan nasab ibunya dari keturunan Jengis Khan.
Pada tahun 1494 M, Babur dapat menaklukan Samarkand berkat bantuan Ismail I, raja Safawi. Pada tahun 1504, ia berhasil menaklukkan Kabul ibukota Afganistan. Dan pada tahun 1525, ia berhasil menguasai Punjab.
2.    Nasirudin Humayyun (1530-1556)
Humayyun adalah putra Babur, ia naik tahta menggantikan ayahnya. Ia dapat menundukkan lawannya Sultan Mahmud Lody dalam pertempuran Luchnow (1513).
Ketika Humayyun berhadapan dengan pasukan Syir Khan, ia diusir dari istana Delhi. Pertempuran yang terjadi antara kedua belah pihak tersebut di pinggir sungai Gangga dekat Benares (1535) dan di dekat Kunuj (1540) membuat pasukan Humayyun berantakan hingga ia meninggalkan istananya selama 13 tahun.
3.    Sultan Akbar Agung (1556-1605)
Sultan Akbar Agung adalah putra dari Humayyun. Ia bernama Muhammad. Ia bergelar Abul Fath Jalaluddin dan terkenal sebagai Sultan Akbar Agung. Ia menggantikan ayahnya sebagai raja pada usia 15 tahun. Baginda dibantu oleh seorang perdana menteri yang setia, yang bernama Biram.
4.    Jihangir (1605-1627)
Setelah Akbar meninggal, anaknya, Jihangir menggantikannya sebagai raja. Ia seorang Sunni yang taat. Namun, dalam memerintah kebijaksanaannya banyak dipengaruhi oleh isterinya. Akibatnya, pemerintahannya menjadi lemah. Sebagai bukti dari kelemahan tersebut adalah tiga hal berikut: pertama, pemberontakan di Ambar (Dekan) tidak dapat dipadamkan. Kedua, kesewenang-wenangan penguasa daerah dalam memungut pajak tidak dapat dikontrol. Ketiga, Jihangir dapat dipenjarakan oleh putranya yang bernama Khurram.
5.    Syah Jehan (1627-1658)
Syah Jihan merupakan gelar dari Kurram putra Jihangir. Ia menggantikan ayahnya sebagai raja. Syah Jihan mempunyai 4 orang putra yang semuanya menjadi raja. Dara sebagai raja di Delhi, Sujak di Benggala, Aurangzeb di Dekan dan Murad di Gujarat.
Berkat ketangkasan Aurangzeb, putra yang ketiga Syah Jihan, pemberontakan di Dekan dapat dipadamkan. Selanjutnya, Aurangzeb berangkat hendak menaklukkan kerajaan Golkond, Bidar dan Baijapur. Namun setiap kerajaan-kerajaan itu hampir dapat ditaklukkan, datanglah perintah dari ayahnya agar penaklukkan itu dihentikan.
Akhirnya pasukan Aurangzeb diarahkan ke istana ayahnya sendiri. Ia dapat memasuki istana dengan damai. Lalu ayahnya dipenjara oleh putranya sendiri. Setelah itu, terjadilah perang saudara antara Aurangzeb dan kakak tertuanya, Dara. Namun Dara dapat dikalahkan, sehingga Aurangzeb menjadi Sultan Mughal dengan gelar Alamgir Padshah Ghazi.
6.    Aurangzeb (1658-1707)
Aurangzeb memegang pemerintahan selama 47 tahun. Ia bercita-cita hendak mengembalikan kerajaan Islam seperti pada masa Sultan Akbar Agung. Pada tahun 1660 ia dapat menguasai negeri Asam dan tahun 1666 kekuasaannya sampai ke Arakan. Batas wilayah kekuasaannya meluas, mulai dari Kabul (Afghanistan) sampai ke Arakan dan dari pegunungan Himalaya hingga ke Karnat.
Aurangzeb merupakan seorang muslim yang saleh, bertahajjud di malam hari, hidup sederhana, suka mendatangkan para ulama dan para sufi ke istana untuk mendapatkan pelajaran dari mereka.
Berikut ini beberapa kebijakan-kebijakan yang dilakukan Aurangzeb;(1) Melarang perjudian, minuman keras, pelacuran dan narkotika; (2) melarang praktek Sati[2]; (3) memprakarsai perusakan kuil-kuil Hindu; (4) memprakarsai kodifikasi hukum Islam yang produknya kemudian disebut al-Fatawa i Alamgir.

Kemunduran & Kehancuran Dinasti Mughal
Setelah Aurangzeb meninggal, kerajaan Islam Mughal dipimpin oleh para raja yang lemah[3], sehingga lambat laun mengalami kemunduran dan kehancuran. Terutama setelah sultan mughal terakhir, Bahadur Syah diusir dari istana oleh Inggris (1857).
Adapun di antara faktor penyebab kemunduran dinasti Mughal adalah sbb:
1)    Faktor internal
·      Perebutan kekuasaan di kalangan istana.
·      Para penguasa istana dilanda kemewahan dan asyik masyuk dengan dayang-dayang istana, sehingga mereka melalaikan tugas-tugas pemerintahan.
2)    Faktor Eksternal
·      Terjadinya pemberontakan oleh kaum separatis Hindu
·      Adanya kerajan-kerajaan Islam yang ingin membebaskan diri dari kekuasan Kerajaan Islam Mughal
·      Serangan Nadir Syah dari Iran. Setelah merampas kekuasaan Dinasti Safawiyah, ia melanjutkan penjarahannya ke India
·      Serangan Ahmad Syah Durani dari Afganistan. Serangan ini tidak dapat ditangkis olah maharaja-maharaja Hindu dan raja-raja Islam, sekalipun mereka telah menyatukan kekuatan mereka. Sehingga berdirilah kerajaan Afganistan di India  
·      Masuknya unsur asing, seperti Inggris yg menguasai sektor ekonomi dengan mendirikan IEC (The East India Company) dan pada akhirnya menjajah bangsa India

Daftar Pustaka

Amin, M. Masyhur, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Indonesia Spirit Fondation.
Burhanudin, Jajat, Senja Masa Keemasan dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Akar dan Awal, 2002. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Mubarak, Jaih, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Murodi, 2010. Sejarah Kebudayaan Islam MA Kelas XI, Semarang: Toha Putra.



[1] Nama Babur berarti macan. Nama tersebut sesuai dengan sosoknya yang gagah berani.
[2] Sati adalah praktek pembakaran diri seorang janda yang ditinggal mati suaminya (the Hindu Sacr ifice of widows)
[3] Di antaranya: 1) Bahadur Syah; 2) Azimus Syah; 3) Tihandar Syah; 4) Farukh Syiyar; 5) Muhammad Syah; 6) Ahmad Syah; 7) Alamgir II; dan 8) Syah Alam. Pada akhirnya kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Syah Durani dari Afgan.  Selanjutnya, secara perlahan kerajaan Mughal hanyut dari bumi India.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar