Dinasti
Mughal di India
Oleh: Luqman[1]
Pendahuluan
Bangsa India
telah mengenal Islam sejak zaman Nabi Saw. Pada saat itu India telah memiliki sejumlah
pelabuhan, sehingga terjadi interaksi antara India dengan Nabi SAW. Seorang Raja
Kadangalur, yang bernama Cheraman Perumal telah masuk Islam dan mengganti
namanya menjadi ‘Tajuddin’, ia juga sempat bertemu Nabi Saw.
Pada zaman kekhalifahan
Umar bin Khattab, Mugirah telah berusaha menaklukkan Sind, namun belum berhasil
(643-644M). Pada zaman khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dikirim
utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan-jalan menuju India. Kemudian
pada zaman Muawiyah I, Muhammad Ibnu Qasim berhasil menaklukkan dan diangkat menjadi
amir Sind & Punjab. Pada zaman Dinasti Abbasiyah saat kekhalifahan dipimpin
Al-Ma’mun diangkatlah beberapa amir untuk memimpin daerah-daerah di India,
diantaranya Asad ibn Saman memimpin Transoxiana.
Asal Mula Berdirinya Dinasti Mughal
Ibrahim
Lodi adalah cucu dari Sultan Lodi, sultan Delhi yang terakhir. Ia memenjarakan
sejumlah bangsawan yang menantangnya. Hal itu memicu pertempuran antara Ibrahim
Lodi dengan Zahiruddin Babur di Panipazh pada tahun1526M. Akhirnya Ibrahim Lodi
terbunuh dan kekuasaannya berpindah ke tangan Babur maka sejak itulah berdiri
dinasti Mugol di India, dan Delhi dijadikan ibukotanya.
Para Penguasa Mughal
1. Zahiruddin Babur
Babur
adalah seorang pendiri dan sekaligus raja pertama dari Dinasti Mughal[2].
Ia memiliki gelar Zahiruddin. Ia adalah putra dari Umar Mirza, penguasa
Farghana (Asia Tengah). Dari nasab ayahnya, ia merupakan keturunan dari Tmur
Lenk, sedangkan nasab ibunya dari keturunan Jengis Khan.
Pada tahun
1494 M, Babur dapat menaklukan Samarkand berkat bantuan Ismail I, raja Safawi.
Pada tahun 1504, ia berhasil menaklukkan Kabul ibukota Afganistan. Dan pada
tahun 1525, ia berhasil menguasai Punjab.
2. Nasirudin Humayyun
(1530-1556)
Humayyun adalah putra Babur, ia naik tahta
menggantikan ayahnya. Ia dapat menundukkan lawannya Sultan Mahmud Lody dalam pertempuran
Luchnow (1513).
Ketika Humayyun berhadapan dengan pasukan
Syir Khan, ia diusir dari istana Delhi. Pertempuran yang terjadi antara kedua
belah pihak tersebut di pinggir sungai Gangga dekat Benares (1535) dan di dekat
Kunuj (1540) membuat pasukan Humayyun berantakan hingga ia meninggalkan
istananya selama 13 tahun.
3. Sultan Akbar Agung
(1556-1605)
Sultan Akbar Agung adalah putra dari
Humayyun. Ia bernama Muhammad. Ia bergelar Abul Fath Jalaluddin dan terkenal
sebagai Sultan Akbar Agung. Ia menggantikan ayahnya sebagai raja pada usia 15
tahun. Baginda dibantu oleh seorang perdana menteri yang setia, yang bernama
Biram.
4. Jihangir (1605-1627)
Setelah Akbar meninggal, anaknya, Jihangir
menggantikannya sebagai raja. Ia seorang Sunni yang taat. Namun, dalam
memerintah kebijaksanaannya banyak dipengaruhi oleh isterinya. Akibatnya,
pemerintahannya menjadi lemah. Sebagai bukti dari kelemahan tersebut adalah tiga
hal berikut: pertama, pemberontakan di Ambar (Dekan) tidak dapat
dipadamkan. Kedua, kesewenang-wenangan penguasa daerah dalam memungut
pajak tidak dapat dikontrol. Ketiga, Jihangir dapat dipenjarakan oleh
putranya yang bernama Khurram.
5. Syah Jehan
(1627-1658)
Syah Jihan merupakan gelar dari Kurram putra
Jihangir. Ia menggantikan ayahnya sebagai raja. Syah Jihan mempunyai 4 orang
putra yang semuanya menjadi raja. Dara sebagai raja di Delhi, Sujak di
Benggala, Aurangzeb di Dekan dan Murad di Gujarat.
Berkat ketangkasan Aurangzeb, putra yang
ketiga Syah Jihan, pemberontakan di Dekan dapat dipadamkan. Selanjutnya, Aurangzeb
berangkat hendak menaklukkan kerajaan Golkond, Bidar dan Baijapur. Namun setiap
kerajaan-kerajaan itu hampir dapat ditaklukkan, datanglah perintah dari ayahnya
agar penaklukkan itu dihentikan.
Akhirnya pasukan Aurangzeb diarahkan ke
istana ayahnya sendiri. Ia dapat memasuki istana dengan damai. Lalu ayahnya
dipenjara oleh putranya sendiri. Setelah itu, terjadilah perang saudara antara Aurangzeb
dan kakak tertuanya, Dara. Namun Dara dapat dikalahkan, sehingga Aurangzeb
menjadi Sultan Mughal dengan gelar Alamgir Padshah Ghazi.
6. Aurangzeb (1658-1707)
Aurangzeb memegang pemerintahan selama 47
tahun. Ia bercita-cita hendak mengembalikan kerajaan Islam seperti pada masa
Sultan Akbar Agung. Pada tahun 1660 ia dapat menguasai negeri Asam dan tahun
1666 kekuasaannya sampai ke Arakan. Batas wilayah kekuasaannya meluas, mulai
dari Kabul (Afghanistan) sampai ke Arakan dan dari pegunungan Himalaya hingga
ke Karnat.
Aurangzeb merupakan seorang muslim yang
saleh, bertahajjud di malam hari, hidup sederhana, suka mendatangkan para ulama
dan para sufi ke istana untuk mendapatkan pelajaran dari mereka.
Berikut ini beberapa kebijakan-kebijakan
yang dilakukan Aurangzeb;(1) Melarang perjudian, minuman keras, pelacuran dan
narkotika; (2) melarang praktek Sati[3];
(3) memprakarsai perusakan kuil-kuil Hindu; (4) memprakarsai kodifikasi hukum
Islam yang produknya kemudian disebut al-Fatawa i Alamgir.
Kemunduran
& Kehancuran Dinasti Mughal
Setelah Aurangzeb meninggal, kerajaan
Islam Mughal dipimpin oleh para raja yang lemah[4],
sehingga lambat laun mengalami kemunduran dan kehancuran. Terutama setelah
sultan mughal terakhir, Bahadur Syah diusir dari istana oleh Inggris (1857).
Adapun di antara faktor penyebab
kemunduran dinasti Mughal adalah sbb:
1)
Faktor internal
·
Perebutan kekuasaan di
kalangan istana.
·
Para penguasa istana dilanda kemewahan dan asyik masyuk dengan
dayang-dayang istana, sehingga mereka melalaikan tugas-tugas pemerintahan.
2)
Faktor Eksternal
·
Terjadinya pemberontakan oleh kaum separatis Hindu
·
Adanya kerajan-kerajaan Islam yang ingin membebaskan diri dari
kekuasan Kerajaan Islam Mughal
·
Serangan Nadir Syah dari Iran. Setelah merampas kekuasaan Dinasti
Safawiyah, ia melanjutkan penjarahannya ke India
·
Serangan Ahmad Syah Durani dari Afganistan. Serangan ini tidak dapat
ditangkis olah maharaja-maharaja Hindu dan raja-raja Islam, sekalipun mereka
telah menyatukan kekuatan mereka. Sehingga berdirilah kerajaan Afganistan di
India
·
Masuknya unsur asing, seperti Inggris yg menguasai sektor ekonomi dengan
mendirikan IEC (The East India Company) dan pada akhirnya menjajah
bangsa India
Daftar
Pustaka
Amin, M. Masyhur, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Indonesia
Spirit Fondation.
Burhanudin, Jajat, Senja Masa Keemasan dalam Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam Akar dan Awal, 2002. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Mubarak, Jaih, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani
Quraisy
Murodi, 2010. Sejarah Kebudayaan Islam MA Kelas XI, Semarang: Toha
Putra.
[1]
Guru Sejarah Kebudayaan MAN 21 Jakarta
[2] Nama Babur berarti macan. Nama
tersebut sesuai dengan sosoknya yang gagah berani.
[3] Sati adalah praktek pembakaran diri seorang janda yang
ditinggal mati suaminya (the Hindu Sacr ifice of widows)
[4] Di antaranya: 1) Bahadur Syah; 2) Azimus Syah; 3) Tihandar
Syah; 4) Farukh Syiyar; 5) Muhammad Syah; 6) Ahmad Syah; 7) Alamgir II; dan 8)
Syah Alam. Pada akhirnya kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Syah Durani dari
Afgan. Selanjutnya, secara perlahan
kerajaan Mughal hanyut dari bumi India.
Oleh: Luqman
Pendahuluan
Bangsa India
telah mengenal Islam sejak zaman Nabi Saw. Pada saat itu India telah memiliki sejumlah
pelabuhan, sehingga terjadi interaksi antara India dengan Nabi SAW. Seorang Raja
Kadangalur, yang bernama Cheraman Perumal telah masuk Islam dan mengganti
namanya menjadi ‘Tajuddin’, ia juga sempat bertemu Nabi Saw.
Pada zaman kekhalifahan
Umar bin Khattab, Mugirah telah berusaha menaklukkan Sind, namun belum berhasil
(643-644M). Pada zaman khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dikirim
utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan-jalan menuju India. Kemudian
pada zaman Muawiyah I, Muhammad Ibnu Qasim berhasil menaklukkan dan diangkat menjadi
amir Sind & Punjab. Pada zaman Dinasti Abbasiyah saat kekhalifahan dipimpin
Al-Ma’mun diangkatlah beberapa amir untuk memimpin daerah-daerah di India,
diantaranya Asad ibn Saman memimpin Transoxiana.
Asal Mula Berdirinya Dinasti Mughal
Ibrahim
Lodi adalah cucu dari Sultan Lodi, sultan Delhi yang terakhir. Ia memenjarakan
sejumlah bangsawan yang menantangnya. Hal itu memicu pertempuran antara Ibrahim
Lodi dengan Zahiruddin Babur di Panipazh pada tahun1526M. Akhirnya Ibrahim Lodi
terbunuh dan kekuasaannya berpindah ke tangan Babur maka sejak itulah berdiri
dinasti Mugol di India, dan Delhi dijadikan ibukotanya.
Para Penguasa Mughal
1. Zahiruddin Babur
Babur
adalah seorang pendiri dan sekaligus raja pertama dari Dinasti Mughal[1].
Ia memiliki gelar Zahiruddin. Ia adalah putra dari Umar Mirza, penguasa
Farghana (Asia Tengah). Dari nasab ayahnya, ia merupakan keturunan dari Tmur
Lenk, sedangkan nasab ibunya dari keturunan Jengis Khan.
Pada tahun
1494 M, Babur dapat menaklukan Samarkand berkat bantuan Ismail I, raja Safawi.
Pada tahun 1504, ia berhasil menaklukkan Kabul ibukota Afganistan. Dan pada
tahun 1525, ia berhasil menguasai Punjab.
2. Nasirudin Humayyun
(1530-1556)
Humayyun adalah putra Babur, ia naik tahta
menggantikan ayahnya. Ia dapat menundukkan lawannya Sultan Mahmud Lody dalam pertempuran
Luchnow (1513).
Ketika Humayyun berhadapan dengan pasukan
Syir Khan, ia diusir dari istana Delhi. Pertempuran yang terjadi antara kedua
belah pihak tersebut di pinggir sungai Gangga dekat Benares (1535) dan di dekat
Kunuj (1540) membuat pasukan Humayyun berantakan hingga ia meninggalkan
istananya selama 13 tahun.
3. Sultan Akbar Agung
(1556-1605)
Sultan Akbar Agung adalah putra dari
Humayyun. Ia bernama Muhammad. Ia bergelar Abul Fath Jalaluddin dan terkenal
sebagai Sultan Akbar Agung. Ia menggantikan ayahnya sebagai raja pada usia 15
tahun. Baginda dibantu oleh seorang perdana menteri yang setia, yang bernama
Biram.
4. Jihangir (1605-1627)
Setelah Akbar meninggal, anaknya, Jihangir
menggantikannya sebagai raja. Ia seorang Sunni yang taat. Namun, dalam
memerintah kebijaksanaannya banyak dipengaruhi oleh isterinya. Akibatnya,
pemerintahannya menjadi lemah. Sebagai bukti dari kelemahan tersebut adalah tiga
hal berikut: pertama, pemberontakan di Ambar (Dekan) tidak dapat
dipadamkan. Kedua, kesewenang-wenangan penguasa daerah dalam memungut
pajak tidak dapat dikontrol. Ketiga, Jihangir dapat dipenjarakan oleh
putranya yang bernama Khurram.
5. Syah Jehan
(1627-1658)
Syah Jihan merupakan gelar dari Kurram putra
Jihangir. Ia menggantikan ayahnya sebagai raja. Syah Jihan mempunyai 4 orang
putra yang semuanya menjadi raja. Dara sebagai raja di Delhi, Sujak di
Benggala, Aurangzeb di Dekan dan Murad di Gujarat.
Berkat ketangkasan Aurangzeb, putra yang
ketiga Syah Jihan, pemberontakan di Dekan dapat dipadamkan. Selanjutnya, Aurangzeb
berangkat hendak menaklukkan kerajaan Golkond, Bidar dan Baijapur. Namun setiap
kerajaan-kerajaan itu hampir dapat ditaklukkan, datanglah perintah dari ayahnya
agar penaklukkan itu dihentikan.
Akhirnya pasukan Aurangzeb diarahkan ke
istana ayahnya sendiri. Ia dapat memasuki istana dengan damai. Lalu ayahnya
dipenjara oleh putranya sendiri. Setelah itu, terjadilah perang saudara antara Aurangzeb
dan kakak tertuanya, Dara. Namun Dara dapat dikalahkan, sehingga Aurangzeb
menjadi Sultan Mughal dengan gelar Alamgir Padshah Ghazi.
6. Aurangzeb (1658-1707)
Aurangzeb memegang pemerintahan selama 47
tahun. Ia bercita-cita hendak mengembalikan kerajaan Islam seperti pada masa
Sultan Akbar Agung. Pada tahun 1660 ia dapat menguasai negeri Asam dan tahun
1666 kekuasaannya sampai ke Arakan. Batas wilayah kekuasaannya meluas, mulai
dari Kabul (Afghanistan) sampai ke Arakan dan dari pegunungan Himalaya hingga
ke Karnat.
Aurangzeb merupakan seorang muslim yang
saleh, bertahajjud di malam hari, hidup sederhana, suka mendatangkan para ulama
dan para sufi ke istana untuk mendapatkan pelajaran dari mereka.
Berikut ini beberapa kebijakan-kebijakan
yang dilakukan Aurangzeb;(1) Melarang perjudian, minuman keras, pelacuran dan
narkotika; (2) melarang praktek Sati[2];
(3) memprakarsai perusakan kuil-kuil Hindu; (4) memprakarsai kodifikasi hukum
Islam yang produknya kemudian disebut al-Fatawa i Alamgir.
Kemunduran
& Kehancuran Dinasti Mughal
Setelah Aurangzeb meninggal, kerajaan
Islam Mughal dipimpin oleh para raja yang lemah[3],
sehingga lambat laun mengalami kemunduran dan kehancuran. Terutama setelah
sultan mughal terakhir, Bahadur Syah diusir dari istana oleh Inggris (1857).
Adapun di antara faktor penyebab
kemunduran dinasti Mughal adalah sbb:
1)
Faktor internal
·
Perebutan kekuasaan di
kalangan istana.
·
Para penguasa istana dilanda kemewahan dan asyik masyuk dengan
dayang-dayang istana, sehingga mereka melalaikan tugas-tugas pemerintahan.
2)
Faktor Eksternal
·
Terjadinya pemberontakan oleh kaum separatis Hindu
·
Adanya kerajan-kerajaan Islam yang ingin membebaskan diri dari
kekuasan Kerajaan Islam Mughal
·
Serangan Nadir Syah dari Iran. Setelah merampas kekuasaan Dinasti
Safawiyah, ia melanjutkan penjarahannya ke India
·
Serangan Ahmad Syah Durani dari Afganistan. Serangan ini tidak dapat
ditangkis olah maharaja-maharaja Hindu dan raja-raja Islam, sekalipun mereka
telah menyatukan kekuatan mereka. Sehingga berdirilah kerajaan Afganistan di
India
·
Masuknya unsur asing, seperti Inggris yg menguasai sektor ekonomi dengan
mendirikan IEC (The East India Company) dan pada akhirnya menjajah
bangsa India
Daftar
Pustaka
Amin, M. Masyhur, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Indonesia
Spirit Fondation.
Burhanudin, Jajat, Senja Masa Keemasan dalam Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam Akar dan Awal, 2002. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Mubarak, Jaih, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani
Quraisy
Murodi, 2010. Sejarah Kebudayaan Islam MA Kelas XI, Semarang: Toha
Putra.
[1] Nama Babur berarti macan. Nama
tersebut sesuai dengan sosoknya yang gagah berani.
[2] Sati adalah praktek pembakaran diri seorang janda yang
ditinggal mati suaminya (the Hindu Sacr ifice of widows)
[3] Di antaranya: 1) Bahadur Syah; 2) Azimus Syah; 3) Tihandar
Syah; 4) Farukh Syiyar; 5) Muhammad Syah; 6) Ahmad Syah; 7) Alamgir II; dan 8)
Syah Alam. Pada akhirnya kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Syah Durani dari
Afgan. Selanjutnya, secara perlahan
kerajaan Mughal hanyut dari bumi India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar