Powered By Blogger

Kamis, 13 Desember 2012

Perkembangan Emosi pada Remaja

Perkembangan Emosi pada Remaja
Oleh: Luqman
Masa remaja merupakan masa transisi dari periode anak menuju periode dewasa. Keadaan emosinya berada pada tingkat yang cukup tinggi. Dalam menghadapi masalah, perilakunya terkadang berontak, bimbang dan penuh kontradiski. Perubahan emosinya cukup menegangkan. Hal ini diakibatkan oleh pertumbuhan fisik dalam dirinya, terutama pada organ-organ seksual.
Menurut Psikolog Tisna Chandra bahwa remaja yang mengalami masalah biasanya dikarenakan ia tak bisa dengan baik melalui proses transisi dari masa anak-anak menuju dewasanya. Tisna mengungkapkan bahwa transisi remaja merupakan transisi emosi, moralitas, pendidikan seksualitas, dan transisi dalam hubungan dengan keluarga.
Hurlock (2004) mengungkapkan bahwa keadaan emosi pada masa remaja, secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa di saat ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Sementara Menurut Daradjat (2003) bahwa di antara sebab-sebab atau sumber-sumber kegoncangan emosi pada remaja adalah konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan, baik pada dirinya sendiri, maupun dalam masyarakat umum atau di sekolah. Seperti adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan, adanya perbedaan antara nilai-nilai moral dan perilaku orang-orang dalam kenyataan hidup, pertentangan antara nilai-nilai agama yang mereka pelajari dengan sikap dan tindakan orang tua, para guru, para pemimpin atau para penganjur agama. Kemudian konflik (batin) yang terjadi dalam diri sendiri misalnya adanya dorongan-dorongan seks dengan larangan agama dan norma sosial, rasa berdosa dan menyesal setelah melakukan tindakan menyimpang
Pola emosi remaja sama sebagaimana pola emosi masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitan emosi dan derajat, dan khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka (Hurlock, 2004). Artinya bahwa di usia remaja dalam mengungkapkan emosi tidak seperti di saat ia masih kecil (anak-anak). Ketika emosinya muncul, seperti marah, malu atau kecewa, anak remaja sudah bisa menyembunyikan atau mengendalikannya, tidak meledak-ledak eperti anak-anak.  
Untuk mencapai kematangan emosi seperti diungkapkan Hurlock (2004) adalah remaja harus belajar memperoleh gambaran mengenai situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Caranya adalah dengan melakukan sharing dengan orang lain di samping pula melakukan katarsis emosi yakni dengan melakukan latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa ataupun menangis[1].

Daftar Bacaan

Daradjat, Zakiah, (2003). Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang.
Hurlock, Alizabeth B., (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan, Jakarta: Erlangga.


[1] Tertawa ataupun menangis diyakini dapat pula dijadikan sebagai pengendali terhadap meluapnya gejolak emosi, namun dari keduanya, sikap social terhadap perilaku menangis kurang baik di bandingkan dengan perilaku tertawa, kecuali bila dilakukan dengan memperoleh dukungan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar